


Memahami Deprogramming: Suatu Proses Pendidikan Ulang dan Sosialisasi Ulang
Deprogramming adalah proses pendidikan ulang dan sosialisasi ulang yang bertujuan untuk membantu individu yang telah dipengaruhi oleh ideologi berbahaya atau ekstremis untuk menolak keyakinan tersebut dan mengadopsi pandangan dunia yang lebih konstruktif dan inklusif. Istilah "pemrograman ulang" sering dikaitkan dengan gerakan pemrograman ulang aliran sesat pada tahun 1970an dan 1980an, yang bertujuan membantu individu yang telah bergabung dengan aliran sesat untuk meninggalkan kelompok tersebut dan kembali ke keluarga dan komunitasnya.
Pemrograman ulang dapat melibatkan serangkaian teknik, termasuk terapi kognitif-perilaku, pendidikan tentang keyakinan dan praktik kelompok, dan dukungan sosial dari keluarga dan teman. Tujuan dari deprogramming bukan untuk memaksa individu mengubah keyakinannya, melainkan untuk menyediakan informasi dan sumber daya yang mereka perlukan untuk membuat pilihan yang tepat mengenai kehidupan dan keyakinan mereka.
Penting untuk dicatat bahwa deprogramming harus dilakukan oleh orang-orang yang terlatih. profesional yang akrab dengan ideologi dan teknik spesifik yang digunakan oleh kelompok tersebut. Penting juga untuk melakukan pendekatan deprogramming dengan kepekaan dan rasa hormat terhadap otonomi dan martabat individu. Taktik koersif atau manipulatif bisa berbahaya dan justru memperkuat komitmen individu terhadap kelompok.
Dalam beberapa tahun terakhir, konsep deprogramming telah diterapkan pada berbagai konteks di luar program deprograming aliran sesat, termasuk ideologi ekstremis, terorisme, dan ujaran kebencian online. Dalam konteks ini, deprogramming sering kali dipandang sebagai cara untuk mencegah radikalisasi dan mendorong inklusi dan toleransi sosial. Namun, efektivitas dan etika pemrograman ulang dalam konteks ini masih diperdebatkan dan diteliti.



