


Memahami Subkultur Hipster: Karakteristik dan Kritik
Hipster adalah subkultur anak muda, biasanya berusia 20-an dan 30-an, yang dicirikan oleh ketertarikan mereka pada musik rock indie, kopi artisanal, dan pakaian vintage. Mereka sering kali memiliki gaya khas yang mencakup skinny jeans, cardigan, dan kacamata berbingkai tebal. Hipster juga dikenal karena kecintaan mereka pada ironi dan kecenderungan mereka untuk merangkul budaya arus utama sambil berpura-pura menolaknya.
Istilah "hipster" pertama kali digunakan pada tahun 1940-an untuk menggambarkan generasi muda yang tertarik pada musik jazz dan sastra beat. Namun, baru pada awal tahun 2000-an istilah ini mendapatkan popularitas yang luas dan dikaitkan dengan subkultur yang kita kenal sekarang.
Beberapa karakteristik umum dari hipster meliputi:
* Minat yang kuat terhadap musik rock indie dan budaya alternatif
* Preferensi terhadap musik artisanal serta makanan dan minuman yang bersumber secara lokal
* Kecintaan pada pakaian vintage dan toko barang bekas
* Kecenderungan untuk menerima budaya arus utama sambil berpura-pura menolaknya
* Fokus pada individualitas dan ketidaksesuaian
* Penghinaan terhadap konsumerisme dan komersialisme arus utama
Penting untuk dicatat bahwa istilah " hipster" bisa bersifat subyektif dan sering digunakan dengan cara yang merendahkan untuk menggambarkan orang-orang yang dianggap berusaha terlalu keras untuk menjadi keren atau ironis. Selain itu, subkultur hipster telah dikritik karena bersifat istimewa dan eksklusif, dengan beberapa orang berpendapat bahwa subkultur ini melanggengkan klasisme dan elitisme.



