


Kuomintang (KMT) - Sejarah Kompleks Otoritarianisme dan Demokratisasi di Taiwan
Kuomintang (KMT), juga dikenal sebagai Partai Nasionalis Tiongkok, adalah sebuah partai politik di Taiwan yang didirikan pada tahun 1894. Partai ini telah memainkan peran penting dalam sejarah Tiongkok modern dan dikaitkan dengan pemerintahan otoriter dan demokratis.
KMT didirikan oleh Sun Yat-sen, yang dianggap sebagai bapak Tiongkok modern, dan kaum revolusioner lainnya yang berusaha menggulingkan Dinasti Qing dan mendirikan republik di Tiongkok. Partai ini awalnya berbasis di Tiongkok tetapi kemudian dipindahkan ke Taiwan setelah Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949.
Selama tahun-tahun awalnya, KMT dikenal karena sikap nasionalis dan anti-komunisnya, dan memainkan peran penting dalam Revolusi Tiongkok tahun 1911 yang menyebabkan jatuhnya Dinasti Qing. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, partai ini menjadi semakin otoriter dan menekan oposisi politik, sehingga menyebabkan periode Teror Putih dalam sejarah Taiwan.
Setelah Perang Saudara Tiongkok, KMT memerintah Tiongkok sebagai negara satu partai hingga tahun 1949, ketika negara tersebut kalah perang ke Partai Komunis Tiongkok (CPC) dan mundur ke Taiwan. Di Taiwan, KMT mempertahankan kekuasaannya selama lebih dari empat dekade, dan pada periode tersebut mereka menerapkan kebijakan yang menekan perbedaan pendapat politik dan membatasi kebebasan sipil.
Pada akhir tahun 1980an dan awal 1990an, Taiwan mulai melakukan transisi menuju demokrasi, dan KMT perlahan-lahan berubah dari sistem otoriter. menuju pesta yang lebih demokratis. Saat ini, KMT adalah salah satu dari dua partai politik besar di Taiwan, bersama dengan Partai Progresif Demokratik (DPP), dan partai ini telah memainkan peran penting dalam proses demokratisasi Taiwan.
Meskipun masa lalunya kontroversial, KMT tetap menjadi kekuatan yang kuat di Taiwan. politik, dan hal ini terus mempengaruhi kebijakan dalam dan luar negeri negara tersebut. Partai ini juga terlibat dalam hubungan lintas selat dengan Tiongkok daratan, dan berupaya menjaga keseimbangan antara hubungannya dengan Beijing dan komitmennya terhadap demokrasi dan hak asasi manusia.



