


Amfoterisin B: Obat Antijamur Spektrum Luas dengan Kelebihan dan Keterbatasan
Amfoterisin B adalah obat antijamur poliena yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi jamur, termasuk aspergillosis, kandidiasis, dan kriptokokosis. Ia bekerja dengan mengganggu membran sel sel jamur, yang menyebabkan kematiannya. Amfoterisin B juga digunakan di luar label untuk mengobati infeksi bakteri tertentu, seperti tuberkulosis dan kusta.
Amfoterisin B tersedia dalam beberapa formulasi, antara lain:
1. Amfoterisin B deoksikolat (Fungizone): Ini adalah formulasi amfoterisin B yang paling umum digunakan. Ini diberikan secara intravena dan memiliki spektrum aktivitas yang luas terhadap banyak jenis jamur.
2. Liposomal amfoterisin B (AmBisome): Formulasi amfoterisin B ini dikemas dalam liposom, yaitu vesikel bulat kecil yang terbuat dari lipid. Formulasi liposom memungkinkan pengiriman obat yang ditargetkan ke jaringan yang terinfeksi dan mengurangi risiko efek samping toksik.
3. Dispersi koloid amfoterisin B (Fungizone PD): Formulasi amfoterisin B ini adalah suspensi koloid obat dalam air. Kurang efektif dibandingkan formulasi deoksikolat namun memiliki risiko nefrotoksisitas yang lebih rendah.
Amfoterisin B memiliki beberapa keunggulan dibandingkan obat antijamur lainnya, antara lain:
1. Aktivitas spektrum luas: Amfoterisin B efektif melawan berbagai patogen jamur, termasuk organisme mirip jamur dan organisme mirip ragi.
2. Penetrasi yang baik ke dalam jaringan: Amfoterisin B dapat menembus ke dalam jaringan yang terinfeksi, seperti otak dan mata, sehingga berguna untuk mengobati infeksi jamur invasif.
3. Risiko resistensi yang rendah: Resistensi terhadap amfoterisin B jarang terjadi, menjadikannya obat yang berharga untuk mengobati infeksi jamur yang resisten terhadap agen antijamur lainnya.
4. Sinergi dengan obat lain: Amfoterisin B dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat antijamur lain untuk meningkatkan efektivitasnya dan mengurangi risiko resistensi.
Namun amfoterisin B juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Toksisitas: Amfoterisin B dapat menyebabkan efek samping yang signifikan, seperti mual, muntah, diare, dan nefrotoksisitas (kerusakan ginjal).
2. Ketersediaan oral yang terbatas: Amfoterisin B tidak diserap dengan baik dari saluran pencernaan, sehingga membatasi penggunaannya pada pemberian intravena.
3. Ketidakcocokan dengan obat tertentu: Amfoterisin B dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti warfarin dan siklosporin, yang dapat mengurangi efektivitasnya atau meningkatkan risiko efek samping.
4. Biaya: Amfoterisin B adalah obat yang relatif mahal, sehingga dapat membatasi penggunaannya di rangkaian miskin sumber daya.
Singkatnya, amfoterisin B adalah obat antijamur penting yang memiliki spektrum aktivitas luas terhadap berbagai jenis jamur. Meskipun memiliki beberapa keuntungan, termasuk penetrasi yang baik ke dalam jaringan dan risiko resistensi yang rendah, obat ini juga memiliki efek samping dan keterbatasan yang signifikan, seperti toksisitas dan ketersediaan oral yang terbatas.



