


Pengertian Acousticophobia: Penyebab, Gejala, dan Pilihan Pengobatan
Acousticophobia adalah ketakutan yang tidak normal dan terus-menerus terhadap suara atau suara keras. Ini adalah jenis fobia spesifik yang dapat menyebabkan tekanan dan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Orang dengan akustikofobia mungkin mengalami kecemasan, serangan panik, perilaku menghindar, dan gejala lain ketika terpapar suara keras.
Penyebab pasti akustikofobia tidak sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan merupakan kondisi kompleks yang melibatkan faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. . Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain :
1. Predisposisi genetik: Acousticophobia mungkin diwarisi dari orang tua atau kakek-nenek.
2. Ketidakseimbangan kimia otak: Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin dapat berkontribusi pada perkembangan akustikofobia.
3. Pengalaman traumatis: Orang yang pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti suara keras atau ledakan, mungkin mengembangkan akustikofobia sebagai cara untuk mengatasi emosinya.
4. Perilaku yang dipelajari: Acousticophobia dapat dipelajari melalui observasi dan peniruan terhadap orang lain yang memiliki kondisi tersebut.
5. Pengaruh budaya: Keyakinan dan nilai-nilai budaya dapat berperan dalam perkembangan akustikofobia, terutama jika keyakinan dan nilai-nilai tersebut menekankan pentingnya menghindari suara keras.
Ada beberapa gejala yang terkait dengan akustikofobia, antara lain:
1. Kecemasan: Penderita akustikofobia mungkin mengalami kecemasan berlebihan saat terkena suara keras.
2. Serangan panik: Mereka mungkin mengalami serangan panik ketika dihadapkan dengan suara keras, yang dapat menyebabkan gejala fisik seperti jantung berdebar kencang, berkeringat, dan gemetar.
3. Perilaku penghindaran: Individu dengan akustikofobia mungkin menghindari situasi di mana mereka cenderung terpapar suara keras, seperti konser, pertunjukan kembang api, atau lokasi konstruksi.
4. Kewaspadaan yang berlebihan: Mereka mungkin menjadi terlalu waspada dan peka terhadap suara-suara yang mereka anggap mengancam.
5. Distorsi kognitif: Penderita akustikofobia mungkin mengalami distorsi kognitif, seperti membuat bencana atau membesar-besarkan potensi bahaya dari suara keras.
Pengobatan untuk akustikofobia biasanya melibatkan kombinasi psikoterapi dan pengobatan. Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah bentuk psikoterapi umum yang digunakan untuk membantu individu dengan akustikofobia mengubah pikiran dan perilaku negatif yang terkait dengan kondisi tersebut. Terapi pemaparan, yang melibatkan paparan suara keras secara bertahap dalam lingkungan yang terkendali, juga efektif dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan fungsi. Obat-obatan seperti antidepresan atau obat anticemas mungkin diresepkan untuk membantu mengatasi gejala akustikofobia.



