


Pengertian Represi Diri: Penyebab, Manifestasi, dan Akibat
Represi diri mengacu pada proses menekan pikiran, perasaan, atau keinginan diri sendiri yang dianggap tidak dapat diterima atau tidak sesuai dengan peran, nilai, atau keyakinan sosial seseorang. Hal ini bisa berarti menolak atau menyangkal aspek-aspek tertentu dari diri sendiri, alih-alih mengungkapkannya secara terbuka. Represi diri dapat menjadi mekanisme pertahanan yang membantu individu menghindari rasa malu, bersalah, atau kecemasan terkait dengan emosi dan keinginan mereka yang tertekan. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan tekanan psikologis, seperti depresi, kecemasan, atau perilaku obsesif, jika perasaan yang tertekan tersebut tidak ditangani dan diselesaikan dengan baik.
Represi diri dapat terwujud dalam berbagai cara, seperti:
1. Penekanan emosi: Individu mungkin menekan emosinya, seperti kemarahan, kesedihan, atau ketakutan, untuk menghindari kerentanan atau untuk menjaga keharmonisan sosial.
2. Penindasan terhadap hasrat: Orang mungkin menekan hasrat mereka, seperti hasrat seksual atau aktivitas kreatif, jika hal tersebut dianggap tidak pantas atau tabu.
3. Penolakan kebutuhan: Individu mungkin menyangkal kebutuhannya sendiri, seperti kebutuhan akan keintiman atau ekspresi diri, untuk menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat.
4. Kritik terhadap diri sendiri: Orang mungkin melakukan kritik terhadap diri sendiri, seperti merendahkan atau menyalahkan diri sendiri karena kekurangan yang dirasakan, untuk menghindari rasa malu atau bersalah.
5. Penghindaran: Individu mungkin menghindari situasi atau aktivitas tertentu yang mungkin memicu emosi atau keinginan yang tertekan.
Penting untuk dicatat bahwa penindasan terhadap diri sendiri bisa terjadi secara tidak sadar dan halus, dan mungkin tidak selalu terlihat jelas oleh individu. Namun, menyadari perasaan dan keinginan yang tertekan pada diri sendiri dapat menjadi langkah penting menuju pertumbuhan dan penyembuhan pribadi.



