


Sejarah Dragooning: Taktik Militer untuk Prajurit Kaki
Dragooning adalah taktik militer di mana prajurit infanteri diturunkan dari kudanya dan digunakan sebagai prajurit berjalan kaki. Taktik ini umumnya digunakan pada abad ke-18 dan ke-19, sebelum kavaleri digunakan secara luas.
Istilah "dragoon" berasal dari kata Perancis "naga", yang mengacu pada tipe prajurit infanteri berkuda yang membawa naga, atau senjata panjang. , di atas kudanya. Seiring berjalannya waktu, istilah ini mulai digunakan untuk menggambarkan prajurit infanteri mana pun yang menunggangi kuda, terlepas dari apakah ia membawa naga atau tidak.
Dragooning sering digunakan sebagai cara untuk meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas unit infanteri. Dengan menurunkan kudanya, prajurit dapat bergerak lebih cepat dan mudah melalui medan padat, seperti hutan dan pegunungan, dan mereka juga dapat terlibat dalam pertempuran jarak dekat dengan musuh tanpa memerlukan perlengkapan kuda yang rumit.
Namun, dragooning memiliki kelemahan. Tanpa kuda, kemampuan prajurit untuk bergerak cepat dalam jarak jauh menjadi terbatas, dan mereka juga lebih rentan terhadap serangan unit kavaleri. Selain itu, tentara yang turun dari kuda seringkali kurang efektif di medan terbuka, karena mereka lebih rentan terhadap tembakan musuh.
Meskipun ada keterbatasan ini, dragooning tetap menjadi taktik umum di banyak angkatan bersenjata sepanjang sejarah, termasuk Angkatan Darat Inggris selama Perang Napoleon dan Perang Saudara Amerika. Saat ini, istilah "dragoon" masih digunakan dalam beberapa konteks militer untuk merujuk pada unit infanteri yang diturunkan dari kudanya.



