


Memahami Elitisme dalam Pendidikan: Bagaimana Penerimaan Selektif, Bantuan Keuangan, Eksklusivitas Sosial, Kurikulum, dan Jaringan Dapat Melestarikan Ketimpangan
Elitisme adalah keyakinan bahwa beberapa individu, kelompok, atau kelas pada dasarnya lebih unggul dari yang lain dan berhak mendapatkan perlakuan istimewa. Kaum elitis sering memandang rendah orang-orang yang mereka anggap kurang layak atau kurang mampu, dan mungkin menggunakan kekuasaan dan pengaruh mereka untuk mempertahankan status dan hak istimewa mereka.
Dalam konteks pendidikan, elitisme dapat terwujud dalam berbagai cara, seperti:
1. Penerimaan selektif: Beberapa sekolah mungkin memiliki proses penerimaan yang sangat selektif yang memprioritaskan siswa dengan nilai tinggi, nilai ujian, atau prestasi ekstrakurikuler. Hal ini dapat menciptakan siklus yang terus berlanjut di mana hanya siswa dari keluarga kaya atau memiliki koneksi baik yang dapat diterima.
2. Bantuan keuangan: Beberapa sekolah mungkin menawarkan paket bantuan keuangan yang tidak cukup untuk menutupi seluruh biaya kehadiran, sehingga memaksa siswa untuk mengambil pinjaman atau bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dapat menimbulkan hambatan bagi mahasiswa yang tidak mampu membayar seluruh biaya kehadiran.
3. Eksklusivitas sosial: Beberapa sekolah mungkin memiliki budaya eksklusivitas sosial, di mana kelompok atau individu tertentu dikecualikan dari acara sosial, klub, atau kegiatan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan rasa elitisme dan menyulitkan sebagian siswa untuk merasa diikutsertakan dan dihargai.
4. Kurikulum: Beberapa sekolah mungkin menawarkan kurikulum yang lebih fokus pada mempersiapkan siswa untuk memasuki perguruan tinggi dan karir elit, dibandingkan memberikan pendidikan yang menyeluruh. Hal ini dapat menimbulkan bias terhadap mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler tertentu yang dianggap lebih bergengsi.
5. Jaringan: Beberapa sekolah mungkin memiliki jaringan alumni dan donor yang kuat yang dapat memberikan peluang dan koneksi kepada lulusannya. Hal ini dapat menciptakan siklus yang terus berlanjut di mana hanya siswa dari keluarga kaya atau memiliki koneksi kuat yang dapat mengakses peluang ini.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua sekolah dengan kecenderungan elitis sengaja bersifat eksklusif atau diskriminatif. Namun, penting bagi para pendidik dan administrator untuk menyadari potensi elitisme dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, seperti menawarkan bantuan keuangan berdasarkan kebutuhan, mendorong keberagaman dan inklusi, dan menyediakan pendidikan menyeluruh yang mempersiapkan semua siswa untuk sukses. .



